Mengetahui Perbedaan Serangan Panik dan Serangan Jantung Karena Memiliki Gejala Yang Sama

Jakarta - Salah satu kondisi masalah kesehatan psychological yang mungkin dialami oleh seseorang adalah serangan panik atau panic attack. Sejumlah gejala yang muncul dari serangan panik ini terutama pada nyeri di dada memiliki kesamaan dengan serangan jantung.

Serangan rasa panik yang berlebihan (Panic Attack) dan serangan jantung (Cardiovascular disease) memiliki gejala yang serupa namun tak sama yaitu meningkatnya nyeri dada.

Hanya saja pada serangan jantung yang khas, timbul rasa nyeri di location dada yang cenderung terasa seperti ditekan beban berat, timbul saat aktivitas, lalu menyebar hingga rahang, leher atau bahu dengan keringat dingin yang mengiringi sejumlah gejala tersebut.

"Sementara timbulnya serangan panik, nyeri di dada dirasakan cenderung seperti ditusuk yang dapat dilokalisir, muncul secara tiba-tiba, bahkan dapat muncul saat istirahat atau tidur, akibat Tension atau rasa cemas ekstrem, disertai perasaan takut mati atau takut hilang kendali" tutur dr. I Gusti Ayu Ratna Dewi.

Pada edukasi bertajuk: Panic Attack vs Cardiac Arrest: How to Know Them Apart itu, dr. I Gusti Ayu Ratna Dewi, yang akrab dipanggil dr. Ratna mengatakan, oleh karena itu perlu diingat bahwa timbulnya nyeri dada tidak selalu merupakan gejala serangan jantung, terutama jika Anda berusia muda dan terbebas dari berbagai faktor risiko penyakit jantung setelah melalui berbagai pemeriksaan, dijabarkan oleh dokter Ratna, yang kesehariannya bertugas di Siloam Health centers Jantung Layout.

Serangan panik umumnya tidak berbahaya namun dapat mengganggu aktivitas jika berulang terus menerus. Hal utama yang dapat dilakukan penderita pada saat terjadi serangan panik yaitu berusaha mengenali keadaan serangan panik, menenangkan diri melalui pengaturan napas, dan mencoba fokus dengan keadaan sekitar (grounding).

"Cobalah untuk menenangkan diri, tarik napas dalam dengan hidung lalu hembuskan secara perlahan melalui mulut. Sembari mengatur napas, lakukan grounding yaitu fokus dengan lingkungan sekitar, dengan cara menyebutkan 3 hal yang dapat Anda dengar, lihat, dan sentuh,"ungkap dr. I Gusti Ayu Ratna Dewi.

Penyebab

Timbulnya kecemasan yang berlebihan atau merasa takut yang tidak terduga tanpa pemicu yang jelas pada diikuti keadaan seperti nyeri dada, jantung berdebar cepat, pusing, tremor, rasa seperti tercekik, ketakutan, berkeringat, gelisah dan lainnya merupakan respon akibat stress yang berlebihan atau dikenal dengan "Anxiety attack" (serangan panik)".

"Serangan panik ini umum disebabkan oleh adanya produksi hormon stres berlebih, akibat secara umum karena anxiety itu sendiri atau karena mengonsumsi alkohol atau zat kaffein secara berlebihan pun adanya faktor genetik.

Frekuensi panik ini dapat dikurangi dengan berolahraga teratur, memenangkan diri dan fokus, tidur yang cukup atau melakukan relaksasi pernafasan melalui meditasi," tutur dr. Ratna pada aplikasi zoom yang diikuti puluhan viewer tersebut.

Melanjutkan edukasi bincang sehat, dr. Ratna mengingatkan, jika faktor risiko penyakit jantung seperti memiliki riwayat kolesterol, hipertensi, diabetes mellitus, atau genetik yang ternyata dimiliki pasien yang sedang mengalami anxiety attack, maka diagnosis cardiac arrest belum dapat disingkirkan tanpa pemeriksaan lebih lanjut seperti misalnya rekam jantung atau enzim jantung.

"Namun tetap harus waspada apabila penderita memiliki faktor resiko penyakit jantung. Bisa jadi gejala panik yang Anda miliki memang betul serangan jantung. Ini patut diwaspadai dengan pemeriksaan rutin, mengingat serangan jantung bersifat berbahaya dan mengancam nyawa jika tidak segera ditangani,"tutur dokter Ratna.

Menurut dr. Ratna, guna antisipasi, clinical check up rutin sebagai deteksi dini untuk mencegah terjadinya serangan jantung, dapat dilakukan di Fasiltas Kesehatan, pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain: Periksa EKG dan treadmill (exercise EKG) untuk melihat tanda gangguan kelistrikan jantung, Echocardiography untuk mendeteksi gangguan katup, dan MSCT Heart untuk melihat derajat penyumbatan pembuluh darah koroner, serta pemeriksaan laboratorium rutin untuk mendeteksi faktor risiko seperti kadar gula darah, dan profil lemak. Pemeriksaan enzim jantung hanya dilakukan pada keadaan akut/serangan.

"Pencegahan jauh lebih baik. Serangan panik dan serangan jantung bisa terjadi pada siapa saja. Jika mengalami nyeri dada, sesak napas atau jantung berdebar cepat, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter untuk melakukan usaha deteksi dini tersebut,"tandas dr. Ratna.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apakah Benar Jika Mencabut Uban Bisa Menambah Banyak? Berikut Selengkapnya

Beberapa Hal yang Perlu Dilakukan Ketika Mengalami Stres di Masa Pandemi

Apa Itu Kalium Dan Apa Dampaknya Bagi Tubuh Jika Kekurangan Kalium? Berikut Selengkapnya