Waspada, Jika Terjadi Sakit Kepala Tiba-tiba Bisa Jadi Itu Pertanda Pendarahan Otak
Jakarta - Kondisi sakit kepala seseorang kerap kali dianggap sebagai sebuah hal
yang biasa terjadi. Namun pada kasus tertentu, kondisi ini bisa jadi
tanda terjadinya pendarahan otak.
Ketua Indonesian Stroke Culture (ISS) dr Adin Nulkhasanah, SpS, MARS,
menjelaskan bahwa pendarahan otak dapat ditandai dengan gejala sakit
kepala mendadak. "Keluhan pusing yang terkait stroke perdarahan adalah nyeri kepala
hebat hampir seluruh kepala dan mendadak dialami,"kata Adin beberapa
waktu lalu.
Ia menambahkan, secara umum pendarahan otak atau stroke perdarahan
adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak.
Beberapa faktor risiko utama terjadinya stroke perdarahan adalah
hipertensi, diabetes mellitus, merokok, dan minimnya aktivitas fisik.
"Namun, ada juga stroke perdarahan yang disebabkan kelainan pembuluh
darah (aneurisma, AVM/Arteriovenous Malformation),"terangnya.
Gejala Pendarahan Otak
Ada beberapa gejala yang dapat timbul akibat pendarahan otak. Umumnya
pasien stroke perdarahan ini mendadak mengalami nyeri kepala hebat
disertai muntah saat sedang beraktivitas.
Gejala dapat disertai munculnya kelemahan separuh tubuh atau bicara cadel dan bisa juga berupa penurunan kesadaran.
Sedang, terkait kelompok yang paling berisiko Adin menjelaskan mulanya,
stroke perdarahan ini umumnya menyerang usia 50-60an, terutama dengan
faktor risiko yang tidak terkontrol.
"Namun, beberapa tahun ini penderita usia 40-50, bahkan usia 30an tahun
mulai banyak. Kalau karena kelainan pembuluh darah (AVM) bisa terjadi
pada usia berapa saja, bahkan anak-anak juga bisa," terangnya.
Tatalaksana Pendarahan Otak
Tatalaksana yang dapat dilakukan untuk pasien pendarahan otak adalah segera bawa ke rumah sakit.
"Setiap pasien dengan stroke perdarahan, sejak di IGD akan dinilai
derajat keparahan berdasar pemeriksaan klinis dan hasil CT Scan. Tujuan
penanganan stroke perdarahan ini adalah agar tidak terjadi perdarahan
ulang pada jam-jam awal kejadian (terapi suportif).".
"Terapi suportif itu misalnya apabila tekanan darahnya tinggi, kita
harus segera menurunkan dengan memberikan obat-obatan. Kita berikan juga
obat penghilang rasa nyeri. Kita berikan oksigenasi apabila perlu.".
Ketika perdarahan terjadi secara cukup luas serta ada hidrosefalus, maka
perlu dilakukan tindakan operatif. Selain itu, pada tahapan pemulihan
juga akan dilakukan rehabilitasi fisik berupa fisioterapi dan terapi
wicara.
Komentar
Posting Komentar